Tugas Geologi Indonesia
PETA
TEKTONIK PULAU
SULAWESI
Oleh
Kelompok
3
AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Geologi
Sulawesi
Berdasarkan struktur litotektonik,
Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi menjadi empat, yaitu: Mandala barat
(West & North Sulawesi
Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung
timur Paparan Sunda, Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa
batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok
Australia, Mandala Timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang
merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur
Trias-Miosen dan keempat adalah Fragmen Benua Banggai-Sula-Tukang Besi,
kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang
berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.
TEKTONIK PULAU SULAWESI
Tektonik pulau sulawesi
terbentuk akibat dari peristiwa konvergen dan transform. Untuk kawasan
konvergen di sulawesi ini, lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng
Indo-Australia saling bergerak dan mendekati. Pergerakan ketiga lempeng ini
bersifat tumbukan. Tumbukan antar lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng
Indo-Australia ini tertekuk dan menyusup kebawah lempeng benua hingga masuk ke
Astenosfer merupakan (zona melange), dimana di tempat ini merupakan kedudukan
titik-titik focus Gempa tektonik. Pada saat terjadi zona mélange di pulau
sulawesi, palung lantai samudra dan sedimen terakumulasi di dalamnya. Akibatnya
sedimen tersebut terperangkap diantara lempeng, menjadi hancur, mengalami
pergeseran dan teranjakan. Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, maka
terbentuklah cekungan sedimen di pulau jawa
Setelah mengalami
pergeseran dan teranjakan, akibat dari tumbukan antar ketiga lempeng ini, Pulau
Sulawesi mengalami morfologi yaitu terjadinya Pre-Cretaceous accretionary
Complex berupa busur vulkanik Neogene yang terjadi di daerah barat Sulawesi.
Kemudian juga terbentuk Ophiolite complex pada bagian timur dan sisa lengan
timur selatan sulawesi. Setelah itu, terbentuk batuan metamorf yang mana batuan
metamorf ini terkandung pada material-material yang terdapat pada kedua benua
dan lautan, yang kemudian mengalami pendorongan dari barat menuju bagian atas
barat Sulawesi, kemudian terangkat keatas sehingga terbentuklah rangkaian
pegunungan.
Di bagian pegunungan di
pulau Sulawesi, aktivitas magmatik tersier khususnya di bagian barat sulawesi
ini terjadi pada waktu geologi Cretecouis sampai zaman Kristalisasi Eosen dan
juga terjadi pada masa waktu Oligocene hingga Obduksi Miocene. Khus pada zaman
Miocene dijelaskan dimana Pada zaman Miocene akhir hingga pliocene terjadi
prores ekstruksi dan intruksi magma batuan yang terjadi dalam selang waktu yang
pendek dari Miocene tengah hingga Pliocene yang menyebabkan terjadinya
peleburan lapisan Lithosphere (3-18 Ma) sedangkan Miocene akhir, busur Magmatik
Sulawesi barat pada umumnya terasosian dengan tubrukan antar benua-benua, pada
benua kecil terbagi dari lempeng Australian-New Guinea yang disubduksikan
bagian bawah barat-Sundaland utama. Untuk pegunungan Neogene dibentuk oleh
tubrukan antara dua benua (Buton-Tukang besi dan Baggai-Sula). Selain terdapat
pegunungan di pulau Sulawesi ini juga terdapat benua kecil (microcontinent)
yang terpisah dari New Guinea pusat, terbawah kearah barat sepanjang pergerakan
sistem patahan Sorong-Yapen pada lempeng laut Philipine, yang kemudian
berlanjut mengalami tubrukan pada margin timur dari ophiolite Complex.
Sedangkan untuk kawasan
Transform di pulau sulawesi ini, ketiga lempeng bergerak lateral berlawanan
arah, yang mana tepi lempeng bergesekan sehingga mengakibatkan adanya patahan
yang terjadi akibat tubrukan antara SSE-NNW bagian palu koro yang mengalami
sesar Horizontal/ mendatar yang bergerak kearah kiri menuju bagian utara dari
Sulawesi timur. Patahan ini merupakan pergerakan patahan yang terjadi akibat
terasosiasi dengan rezim transtensional. Pergerakan transtensional ini juga
mengalami cekungan-cekungan sehingga terbentuklah danau-danau kecil di Propinsi
Sulawesi.
TEKTONIK DAN
STRUKTUR
Secara
tektonik Pulau Sulawesi dibagi dalam empat mintakat yang didasari atas sejarah
pembentukannya yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Timur, Banggai-Sula dan Sulawesi
Tengah yang bersatu pada kala Miosen – Pliosen oleh interaksi antara lempeng
Pasifik, Australia tehadap lempeng Asia.
Interaksi ketiga lempeng tersebut memberikan pengaruh cukup besar
terhadap kejadian bencana alam geologi di Sulawesi pada umumnya dalam wujud
gempa bumi, tsunami, gerakan tanah, gunungapi dan banjir yang senantiasa
terjadi seiring dengan berlangsungnya aktivitas tektonik.
Di
kawasan Pulau Sulawesi terdapat sedikitnya 9 unsur tektonik dan struktur yang
dapat memicu terjadinya gempa dan tsunami yaitu patahan Walanae, patahan
Palu-Koro, patahan Matano-Lawanoppo, patahan Kolaka, patahan Paternoster,
patahan Gorontalo, patahan naik Batui-Balantak, subduksi lempeng Laut Sulawesi
dan subduksi lempeng Maluku. Struktur – struktur tersebut diatas merupakan
dampak dari pada aktivitas tektonik Neogen yang bekerja di kawasan Sulawesi
1. Patahan
Walanae
Patahan Walanae berada di bagian selatan Sulawesi Selatan
membentang dari selatan (sebelah timur Pulau Selayar) ke utara melalui
Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Sidrap, Pinrang dan Majene - Mamuju dan
berakhir di Selat Makassar. Sifat pergerakan adalah sinistral atau mengiri.
Patahan Walanae merupakan percabangan dari lanjutan patahan Palu-Koro yang
melalui Teluk Bone dan di ujung barat laut menerus hingga patahan Paternoster
di Selat Makassar.
2. Patahan
Palu-Koro
Patahan Palu-Koro memanjang dari utara (Palu) ke selatan
(Malili) hingga teluk bone sepanjang ± 240 km. Bersifat sinistral dan aktif
dengan kecepatan sekitar 25-30 mm/tahun (Kertapati, 2001 dan Permana, 2005).
Patahan Palu-Koro berhubungan dengan patahan Matano-Sorong dan
Lawanoppo-Kendari, sedang di ujung utara melalui Selat Makassar berpotongan
dengan zona subduksi lempeng Laut Sulawesi.
3. Patahan
Matano dan Lawanoppo
Patahan Matano dan Lawanoppo berpotongan atau menyatu di
ujung utara dengan patahan Palu-Koro, yang mendapat energi dari perpanjangan
patahan Sorong dan Tukang Besi di Laut Banda. Kedua patahan ini bersifat
sinistral dan aktif, berhubungan dengan pembentukan danau Matano, Towuti dan
beberapa depresi kecil lainnya.
4. Patahan
Kolaka
Dampak dari pada perkembangan tektonik Kuarter Laut Banda
membentuk patahan geser Kolaka yang bersifat sinistral dan aktif. Patahan ini
memanjang dari tenggara ke baratlaut melalui Kolaka hingga Teluk Bone memotong
patahan Palu-koro (bawah laut) berlanjut ke kota Palopo ke arah puncak
Palopo-Toraja.
5. Patahan
Paternoster
Patahan ini terbentang memanjang dari tenggara ke baratlaut
di Selat Makassar bersifat destral (menganan) dan aktif. Patahan ini
berhubungan dengan patahan Walanae di daratan Sulawesi. Pada bagian selatannya
sejajar dengan patahan Flores Barat yang memotong patahan naik Selat Makassar
yang juga sifatnya destral.
6. Patahan
Gorontalo
Patahan Gorontalo terbentang melalui kota Gorontalo dari
tenggara ke baratlaut. Pembentukannya berhubungan dengan keaktifan subduksi
lempeng Laut Sulawesi. Sifatnya destral dan aktif.
7. Patahan
naik (thrust) Batui-Balantak
Patahan Batui-Balantak terbentuk oleh pengaruh pergerakan
lempeng Pasifik Barat ke barat melalui patahan Sorong dan Matano membentuk
patahan naik yang aktif.
8. Subduksi
lempeng Laut Sulawesi
Terletak di laut Sulawesi sebelah utara Pulau Sulawesi
memanjang dari barat ke timur. Subduksi lempeng ini menunjam masuk ke selatan
di bawah Sulawesi Utara dan Gorontalo. Subduksi lempeng laut Sulawesi yang
aktif diduga membentuk gunungapi Una-una dan deretan gunungapi Manado-Sangihe.
9. Subduksi
lempeng Laut Maluku
Zona subduksi lempeng Laut Maluku terbentang di utara
Sulawesi dari utara ke selatan di sebelah timur Manado. Lempeng Laut Maluku
menunjam ke barat masuk di bawah busur Manado-Sangihe, berhubungan dengan
volkanisme dan gempa di kawasan ini.
Referensi
1. Angga Juner. (2011, 29 Oktober). Tektonik Pulau
Sulawesi. Diperoleh 20 Oktober 2015 dari http://angghajuner.blogspot.co.id/2011/10/tektonik-pulau-sulawesi.html
2. Armstrong F. Sompotan. 2012. Struktur Geologi
Sulawesi. Perpustakan Sains Kebumian Institut Teknologi Bandung. https://www.academia.edu/8630547/Struktur_Geologi_sulawesi_oleh. Diperoleh 20 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar