Selasa, 03 November 2015

TEKTONIK PULAU JAWA

Tugas Geologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU
JAWA
Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015








·         KERANGKA TEKTONIK PULAU JAWA
            Fisiografi dan konfigurasi tektonik Kepulauan Indonesia masa kini yang komplek merupakan hasil interaksi sejak Neogen tiga lempeng litosfer utama: Lempeng Laut Filipina (Philippine Sea plate) yang bergerak (10 cm/th) kearah NNW; Lempeng Indo-Australia (Indo-Australian plate) yang bergerak (8 cm/th) ke arah NNE, dan Lempeng Erasia (Eurasian plate) yang stasioner, bergerak jauh lebih lambat ke arah SE (4 cm/th) (Gambar 1). Berdasarkan karakteristik geologi dan geofisika, Simandjuntak & Barber (1996) membagi wilayah Kepulauan Indonesia menjadi 5 wilayah: (1) Wilayah tenggara Lempeng Erasia yang membentuk wilayah craton kontinental Daratan Sunda (Sundaland) yang meliputi Sumatra, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat; (2) Wilayah lempeng samudera Laut Filipina di timurlaut; (3) Wilayah craton benua Australia, ke utara meliputi Irian Jaya dan Paparan Arafura dan Sahul; (4) Wilayah Lempeng Samudera Hindia; dan (5) Wilayah zona transisi yang menandai zona interaksi lempeng masa kini dengan seismisitas yang aktif dan volkanisme mulai dari bagian barat Sumatra, Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara dan Banda, Utara Irian melalui Sulawesi dan Maluku, ke arah utara ke Kepulauan Filipina. Di zona ini subduksi lempeng tetap aktif serta dicirikan oleh lempeng-lempeng mikrokontinen yang membentuk zona-zona tumbukan.
            Interaksi lempeng-lempeng yang membentuk Kepulauan Indonesia menghasilkan berbagai tipe jalur orogen (orogenic belts). Simandjuntak & Barber (1996) mengenali enam tipe jalur orogen (Gambar 2):
Gambar 1: Kerangka tektonik wilayah Kepulauan Indonesia (Simandjuntak & Barber, 1996).
Gambar 2: Tipe-tipe jalur orogen Neogen Indonesia (Simandjuntak & Barber, 1996).
  1. Orogen Sunda (Sunda Orogeny) di Jawa dan Nusa Tenggara: melibatkan subduksi lempeng samudera dengan arah tegaklurus, menghasilkan jalur orogen tipe Andean beserta palung, komplek akresi, cekungan depan-busur (forearc basin), busur magmatik dimana gunungapi tumbuh di tepi kontinen Sundaland.
  2. Orogen Barisan (Barisan Orogeny) di Sumatra: dengan arah konvergen miring (oblique convergence) sehingga menghasilkan sistem sesar mendatar Sumatra pada busur magmatiknya, dan sepanjang sesar ini pula suatu segmen kerak kontinen bergerak ke arah utara di sepanjang bagian barat Sundaland.
  3. Orogen Talaud (Talaud Orogeny) di bagian utara Laut Maluku: konvergensi busur magmatik oceanic Sangihe dan Halmahera dengan Lempeng Laut Maluku.
  4. Orogen Sulawesi (Sulawesi Orogeny) di Sulawesi timur: tumbukan blok-blok mikrokontinen dengan sistem subduksi di sepanjang tepi timur Sundaland.
  5. Orogen Banda (Banda Orogeny) di Kepulauan Banda, di wilayah antara Pulau Sumba dan Tanimbar: tumbukan antara tepi utara kontinen Australia dengan sistem subduksi di sepanjang bagian selatan Busur Banda.
  6. Orogen Melanesia (Melanesian Orogeny) di Pulau Papua: suatu tahapan lebih lanjut tumbukan tepi utara kontinen Australia dengan busur magmatik pada Lempeng Laut Filipina yang dimulai pada Miosen Awal.
            Aktifitas orogen di sebagian besar jalur-jalur orogen ini dimulai pada kala Miosen Tengah dan proses orogenik masih tetap berlangsung sampai sekarang.
            Pembagian Kepulauan Indonesia menjadi 6 tipe jalur orogen di atas menunjukkan Pulau Jawa merupakan pulau utama yang penting di Indonesia bagian barat disamping Pulau Sumatra dan Kalimantan. Memahami perkembangan tektonik Pulau Jawa berarti mengetahui bagian utama dari tektonik Indonesia bagian barat. Tataan tektonik Pulau Jawa menunjukkan ciri khas produk interaksi konvergen  antara lempeng samudera dan lempeng benua.  Lempeng samuderanya adalah lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dan menunjam di bawah lempeng benuanya yakni lempeng Eurasia yang relatif stabil dan disini  diwakili oleh paparan Sunda. Pertemuan lempeng ini menghasilkan busur volkanik busur  (volcanic arc) dan jalur penunjaman (subduction zone), atau palung (trench),  dan telah berlangsung sejak zaman akhir Kapur – Paleosen (100-52 juta tahun).
            Pulau Jawa seperti yang tampak sekarang mencerminkan kondisi geologi masa kini dan geologi Neogen (Gambar 3), meskipun demikian jejak kondisi geologi yang lebih tua masih dapat ditelusuri berdasarkan singkapan-singkapan batuan Pra-Tersier dan Paleogen ditempat-tempat tertentu di Pulau Jawa seperti di Ciletuh (Jawa Barat), Karangsambung, Bayat, dan Nanggulan (Jawa Tengah). Singkapan batuan Pra-Tersier, seperti yang  ditunjukkan oleh singkapan batuan kompleks melange (batuan bancuh atau campur aduk) Luk Ulo-Karangsambung dan kompleks batuan metamorf Bayat dan berlanjut ke arah Pegunungan Meratus di ujung tenggara Kalimantan, merupakan bagian dari lajur konvergensi lempeng berumur Kapur Akhir-Paleosen (Asikin, 1974; Hamilton, 1979; Suparka, 1988; Parkinson et al., 1998) (Gambar 4). Sementara itu terdapatnya jalur magmatik Oligo-Miosen (atau OAF= Old Andesite Formation, Van Bemmlen, 1949) berarah T-B di sepanjang bagian selatan Pulau Jawa menunjukkan adanya sistem subduksi lempeng Tersier yang lebih muda (Soeria-Atmadja et al., 1994) (Gambar 5).  Dari sini dapat disimpulkan bahwa selama Paleogen, yakni sejak Paleosen sampai Oligosen, terjadi evolusi geologi yang cukup signifikan, terutama di wilayah Jawa Tengah-Jawa Timur, ditandai dengan berubahnya arah lajur subduksi yang pada zaman Kapur Akhir-Paleosen berarah TL-BD menjadi T-B pada zaman Tersier (Gambar 6).
·         STRUKTUR REGIONAL PULAU JAWA
            Jalur penunjaman Kapur-Paleosen  yang ditunjukkan oleh singkapan batuan Komplek  Melange Luk Ulo-Karangsambung (Asikin, 1974; Hamilton, 1979; Suparka, 1988; Parkinson et al., 1998) mempunyai arah umum struktur TL-BD yang mengarah ke arah Pegunungan Meratus di ujung tenggara Kalimantan.  Pulunggono dan Martodjojo (1994) mengenali tiga arah struktur utama di Pulau Jawa: Arah timurlaut-baratdaya atau Pola Meratus, arah utara-selatan atau Pola  Sunda, dan arah timur-barat atau Pola Jawa (Gambar 7). Disamping tiga arah struktur utama ini, masih terdapat satu arah struktur utama lagi, yakni arah baratlaut-tenggara yang disebut Pola Sumatra (Satyana, 2007). Pola Meratus  dominan di kawasan lepas pantai utara, ditunjukkan oleh tinggian-tinggian Karimunjawa, Bawean, Masalembo dan Pulau Laut (Guntoro, 1996).  Di Pulau Jawa arah ini terutama ditunjukkan oleh pola struktur batuan Pra-Tersier di daerah Luk Ulo, Kebumen Jawa Tengah.  Pola Sunda yang berarah utara-selatan umum terdapat di lepas pantai utara Jawa Barat dan di daratan di bagian barat wilayah Jawa Barat. Arah ini tidak nampak di bagian timur pola Meratus. Pola Jawa yang berarah timur-barat merupakan pola yang mendominasi daratan Pulau Jawa, baik struktur sesar maupun struktur lipatannya. Di Jawa Barat pola ini diwakili oleh Sesar Baribis, serta sesar sungkup dan lipatan di dalam Zona Bogor. Di Jawa Tengah sesar sungkup dan lipatan  di Zona Serayu Utara dan Serayu Selatan mempunyai arah hampir barat-timur. Di Jawa Timur pola ini ditunjukkan oleh sesar-sesar sungkup dan lipatan di Zona Kendeng. Struktur Arah Sumatra terutama terdapat di wilayah Jawa Barat dan di Jawa Tengah bagian timur struktur ini sudah tidak nampak lagi. Struktur arah barat-timur atau Arah Jawa, di cekungan Jawa Timur ternyata ada yang lebih tua dari Miosen Awal, dan disebut Arah Sakala (Sribudiyani et al., 2003). Struktur Arah Sakala yang utama adalah zona sesar RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) dan merupakan struktur yang menginversi cekungan berisi Formasi Pra-Ngimbang yang berumur Paleosen sampai Eosen Awal sebagai endapan tertua. Sebagian besar batuan tertua di Jawa, yakni yang berumur Pra-Tersier sampai Paleogen dan dianggap sebagai batuandasar Pulau Jawa, tersingkap di wilayah Jawa.

Gambar 3: Kerangka tektonik Pulau Jawa (modifikasi dari Baumann, 1982; dan Simandjuntak dan Barber 1996).


Gambar 4: Elemen-elemen tektonik di wilayah tepi tenggara Daratan Sunda (Sundaland) (Hamilton, 1979).
Gambar 5: Jalur magmatik Tersier Pulau Jawa (Soeria-Atmadja et al., 1994).

Gambar 6: Jalur subduksi Kapur sampai masa kini di Pulau Jawa (Katili 1975, dalam Sujanto et al., 1977).

Gambar 7: Pola struktur Pulau Jawa (Martodjojo & Pulunggono, 1994) (RMKS = Rembang-Madura-Kangean-Sakala)




Referensi

1.      Hendrik Boby Hertanto. (Oktober 10 2012). Tektonik  dan Sedimentasi Pulau Jawa (Paleogen-Neogen). Diperoleh 0ktober 15 2015, dari http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/10/tektonik-dan-sedimentasi-pulau-jawa.html

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
    The Harrah's Cherokee Casino & 순천 출장샵 Hotel locations, rates, amenities: 양산 출장마사지 expert Cherokee research, 삼척 출장마사지 only 여수 출장안마 at 익산 출장안마 Hotel and Travel Index. Realtime driving directions to Harrah's Cherokee Casino & Hotel,

    BalasHapus