Selasa, 03 November 2015

TEKTONIK PULAU SUMATRA

Tugas Geologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU
SUMATRA

Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015


 
            Berdasarkan peta tektonik Sumatra tersebut terdapat lipatan-lipatan yaitu, antiklin, sinklin, normal faults, transcurrent fault, batas transform, monocline, normal fault, thrust.
1.      Antiklin merupakan punggung lipatan yang kemiringan kedua sayapnya ke arah saling berlawanan dan saling menjauh (bentuk concav dengan cembung ke atas).
Antiklin terjadi di Sumatera karena di Sumatera terdapat jenis batuan yang lunak dan pada saat terjadi kompresi, batuan tidak akan mengalami patahan atau tidak patah tetapi terbentuk sebuah lipatan.
2.      Sinklin merupakan lembah lipatan yang kemiringan kedua sayapnya menuju ke suatu arah dan saling mendekat (bentuk concav dengan cekungnya mengarah ke atas.
-          Jika tenaga endogen yang menekan litosfer arahnya mendatar dan bertumpukan yang mengakibatkan permukaan bumi melipat akan menyebabkan antiklin dan sinklin.
Sinklin terjadi di Sumatera karena di Sumatera terdapat jenis batuan yang lunak dan pada saat terjadi kompresi, batuan tidak akan mengalami patahan atau tidak patah tetapi terbentuk sebuah lipatan.
3.      Batas Transform
            Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling berpapasan (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault). Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di daratan, salah satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di California, USA. Sesar ini merupakan pertemuan antara Lempeng Amerika Utara yang bergerak ke arah tenggara, dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut. Sesar yang berkembang pada batas transform ini adalah sesar mendatar. Sesar mendatar merupakan pergerakan strike-slip yang terjadi akibat adanya pelepasan tegasan secara lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan terdapat pemendekan pada arah sumbu tegasan normal terbesar. Berarti gaya utama (main stress) dan gaya terlemah berkerja pada arah horizontal. Sesar mendatar ini terdapat di kerak benua dimana selama pergerakannya menghasilkan slip dan separation dengan arah yang sama.
Batas Transform terjadi Sumatera karena di Sumatera ada dua lempeng yang begerak berpapasan dan berlawanan disebabkan oleh adanya tenaga endogen. Contohnya disepanjang Barat Daya pulau Sumatera.
4.      Monocline adalah lipatan sederhana dengan kemiringan (dipping) landai atau hampir harozontal seperti lengkungan seperti tangga.


Monoklin terjadi di Sumatera karena di Sumatera terdapat jenis batuan yang lunak dan pada saat terjadi kompresi, batuan tidak akan mengalami patahan atau tidak patah tetapi terbentuk sebuah lipatan. Antiklin, sinklin, dan monoklin pada umumnya hampir sama terjadi karena adanya lipatan. Hanya saja jenis batuan dan besar kacilnya tekanan yang mempengaruhi keterbentukannya.
5.      Normal Fault adalah patahan yang terjadi pada batuan yang salah satu bagiannya mengalami pergerakan ke bawah terhadap keadaan asalnya.  Gerakan patahan ini adalah disebabkan oleh kekuatan tegang dan mengakibatkan perluasan (ada bidang fault plane). Nama lain adalah normal-slip fault, patahan gaya berat atau patahan tegang.





            Dari empat gambar di atas dapat diketahui dan dilihat dengan jelas bidang patahan. Pada 4 gambar diatas merupakan contoh yang terjadi dilapangan. Patahan yang terjadi akan membentuk fault plane. Itulah yang merupakan salah satu ciri yang menandakan bahwa batuan tesebut mengalami normal fault.
Norma Fault terjadi di Sumatera karena dibagian lempeng sumatera mengalami hilangnya gaya gravitasi sehingga batuan menuju ke posisi seimbang (isostasi).
6.      Thrust (Zona Subduksi) Pada zona subduksi Sumatra, lempeng tektonik India dan Australia bergerak perlahan ke arah timur laut sebesar 61 mm/ tahun dan menujam lempeng Burma (bagian dari lempeng Eurasia). Proses penujaman ini sangat mengakibatkan kedua lempeng saling menekan satu sama lain, dan menimbulkan tegangan. Apabila tegangan semakin membesar hingga besar tertentu, maka bagian lempeng akan mulai runtuh karena tidak kuat menahan tegangan. Keruntuhan tidak terjadi di sepanjang zona subduksi akan tetapi berada pada bidang-bidang tertentu.
            Thrust terjadi di Sumatera karena ada dua lempeng yang saling bertubrukan. Salahh satu contohnya adalah lempeng tektonik India dan Australia bergerak perlahan ke arah timur laut sebesar 61 mm/ tahun dan menujam lempeng Burma (bagian dari lempeng Eurasia).
7.      Volcanic centre adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi (vulkanisme).
-          Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi karena aktivitas vulkanik gunung berapi, gempa vulkanik ini dapat terjadi ratusan kali pada gunung berapi. Gempa ini juga dapat menyebabkan tsunami.
                        Paler colours represent undersea extension:
1.      Volcanic units (unit vulkanik)
Abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan, terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Batuan yang berukuran besar (bongkah - kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km dari kawah, dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Abu yang halus dapat menyababkan radang paru-paru jika terhirup.Sebagai contoh letusan G. Krakatau tahun 1883 mengitari bumi berhari-hari, juga letusan G. Galunggung tahun 1982 dapat mencapai Australia. Abu vulkanik dapat digunakan sebagai bahan pozolan karena mengandung unsur silika dan alumunia sehingga dapat mengurangi penggunaan semen sebagai bahan bangunan. Abu vulkanik juga dapat menyuburkan tanah di sekitar gunung.
-          Penyebabnya karena adanya material dari dalam bumi yang keluar saat gunung berapi mengalami erupsi.
Abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan, terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Batuan yang berukuran besar (bongkah - kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km dari kawah, dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Abu yang halus dapat menyababkan radang paru-paru jika terhirup.Sebagai contoh letusan G. Krakatau tahun 1883 mengitari bumi berhari-hari, juga letusan G. Galunggung tahun 1982 dapat mencapai Australia. Abu vulkanik dapat digunakan sebagai bahan pozolan karena mengandung unsur silika dan alumunia sehingga dapat mengurangi penggunaan semen sebagai bahan bangunan. Abu vulkanik juga dapat menyuburkan tanah di sekitar gunung.
-          Abu yang dikeluarkan Gunung Merapi bisa berdampak serius bagi kesehatan yang menghirupnya. Abu adalah partikel halus batuan vulkanik yang kelaur dari erupsi gunung. Diameternya kurang dari 2 mikrometer. Abu vulkanik yang baru saja jatuh memiliki kandungan lapisan asam yang dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru dan mata. 
2.      Sedimentary units (unit sedimen) Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.


Referensi :
1.      A.J.Barber, M.J.Crow and J.S Milson. 2005. Sumatra Geology, Resources and Tectonic Evalution. The Geological Society London. www.univpgri-palembang.ac.id. 03 Oktober 2015
2.      Anan. (2010, 09 juli). Lipatan dan Patahan. 03 Oktober 2015, dari http://fernandian.co.id/2010/07/lipatan-dan-patahan.html
3.      Anonym. (2015 11 Maret). Abu Vulkanik. 03 Oktober 2015, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Vulkanik
4.      Charles adrianto. (2013, 03 Juni). GEOLOGI STRUKTUR. 03Oktober 2015, dari http://heaveni-truelov3.blogspot.co.id/2013/06/geologi-struktur.html?m=1


TEKTONIK PULAU SULAWESI

Tugas Geologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU
SULAWESI


Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015


Geologi Sulawesi
            Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi menjadi empat, yaitu: Mandala barat (West & North Sulawesi  Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala Timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen dan keempat adalah Fragmen Benua Banggai-Sula-Tukang Besi, kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.
TEKTONIK PULAU SULAWESI
Tektonik pulau sulawesi terbentuk akibat dari peristiwa konvergen dan transform. Untuk kawasan konvergen di sulawesi ini, lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-Australia saling bergerak dan mendekati. Pergerakan ketiga lempeng ini bersifat tumbukan. Tumbukan antar lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-Australia ini tertekuk dan menyusup kebawah lempeng benua hingga masuk ke Astenosfer merupakan (zona melange), dimana di tempat ini merupakan kedudukan titik-titik focus Gempa tektonik. Pada saat terjadi zona mélange di pulau sulawesi, palung lantai samudra dan sedimen terakumulasi di dalamnya. Akibatnya sedimen tersebut terperangkap diantara lempeng, menjadi hancur, mengalami pergeseran dan teranjakan. Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, maka terbentuklah cekungan sedimen di pulau jawa
Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, akibat dari tumbukan antar ketiga lempeng ini, Pulau Sulawesi mengalami morfologi yaitu terjadinya Pre-Cretaceous accretionary Complex berupa busur vulkanik Neogene yang terjadi di daerah barat Sulawesi. Kemudian juga terbentuk Ophiolite complex pada bagian timur dan sisa lengan timur selatan sulawesi. Setelah itu, terbentuk batuan metamorf yang mana batuan metamorf ini terkandung pada material-material yang terdapat pada kedua benua dan lautan, yang kemudian mengalami pendorongan dari barat menuju bagian atas barat Sulawesi, kemudian terangkat keatas sehingga terbentuklah rangkaian pegunungan.
Di bagian pegunungan di pulau Sulawesi, aktivitas magmatik tersier khususnya di bagian barat sulawesi ini terjadi pada waktu geologi Cretecouis sampai zaman Kristalisasi Eosen dan juga terjadi pada masa waktu Oligocene hingga Obduksi Miocene. Khus pada zaman Miocene dijelaskan dimana Pada zaman Miocene akhir hingga pliocene terjadi prores ekstruksi dan intruksi magma batuan yang terjadi dalam selang waktu yang pendek dari Miocene tengah hingga Pliocene yang menyebabkan terjadinya peleburan lapisan Lithosphere (3-18 Ma) sedangkan Miocene akhir, busur Magmatik Sulawesi barat pada umumnya terasosian dengan tubrukan antar benua-benua, pada benua kecil terbagi dari lempeng Australian-New Guinea yang disubduksikan bagian bawah barat-Sundaland utama. Untuk pegunungan Neogene dibentuk oleh tubrukan antara dua benua (Buton-Tukang besi dan Baggai-Sula). Selain terdapat pegunungan di pulau Sulawesi ini juga terdapat benua kecil (microcontinent) yang terpisah dari New Guinea pusat, terbawah kearah barat sepanjang pergerakan sistem patahan Sorong-Yapen pada lempeng laut Philipine, yang kemudian berlanjut mengalami tubrukan pada margin timur dari ophiolite Complex.
Sedangkan untuk kawasan Transform di pulau sulawesi ini, ketiga lempeng bergerak lateral berlawanan arah, yang mana tepi lempeng bergesekan sehingga mengakibatkan adanya patahan yang terjadi akibat tubrukan antara SSE-NNW bagian palu koro yang mengalami sesar Horizontal/ mendatar yang bergerak kearah kiri menuju bagian utara dari Sulawesi timur. Patahan ini merupakan pergerakan patahan yang terjadi akibat terasosiasi dengan rezim transtensional. Pergerakan transtensional ini juga mengalami cekungan-cekungan sehingga terbentuklah danau-danau kecil di Propinsi Sulawesi.
TEKTONIK DAN STRUKTUR
Secara tektonik Pulau Sulawesi dibagi dalam empat mintakat yang didasari atas sejarah pembentukannya yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Timur, Banggai-Sula dan Sulawesi Tengah yang bersatu pada kala Miosen – Pliosen oleh interaksi antara lempeng Pasifik, Australia tehadap lempeng Asia.  Interaksi ketiga lempeng tersebut memberikan pengaruh cukup besar terhadap kejadian bencana alam geologi di Sulawesi pada umumnya dalam wujud gempa bumi, tsunami, gerakan tanah, gunungapi dan banjir yang senantiasa terjadi seiring dengan berlangsungnya aktivitas tektonik.
Di kawasan Pulau Sulawesi terdapat sedikitnya 9 unsur tektonik dan struktur yang dapat memicu terjadinya gempa dan tsunami yaitu patahan Walanae, patahan Palu-Koro, patahan Matano-Lawanoppo, patahan Kolaka, patahan Paternoster, patahan Gorontalo, patahan naik Batui-Balantak, subduksi lempeng Laut Sulawesi dan subduksi lempeng Maluku. Struktur – struktur tersebut diatas merupakan dampak dari pada aktivitas tektonik Neogen yang bekerja di kawasan Sulawesi
1.      Patahan Walanae
Patahan Walanae berada di bagian selatan Sulawesi Selatan membentang dari selatan (sebelah timur Pulau Selayar) ke utara melalui Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Sidrap, Pinrang dan Majene - Mamuju dan berakhir di Selat Makassar. Sifat pergerakan adalah sinistral atau mengiri. Patahan Walanae merupakan percabangan dari lanjutan patahan Palu-Koro yang melalui Teluk Bone dan di ujung barat laut menerus hingga patahan Paternoster di Selat Makassar.
2.      Patahan Palu-Koro
Patahan Palu-Koro memanjang dari utara (Palu) ke selatan (Malili) hingga teluk bone sepanjang ± 240 km. Bersifat sinistral dan aktif dengan kecepatan sekitar 25-30 mm/tahun (Kertapati, 2001 dan Permana, 2005). Patahan Palu-Koro berhubungan dengan patahan Matano-Sorong dan Lawanoppo-Kendari, sedang di ujung utara melalui Selat Makassar berpotongan dengan zona subduksi lempeng Laut Sulawesi.
3.      Patahan Matano dan Lawanoppo
Patahan Matano dan Lawanoppo berpotongan atau menyatu di ujung utara dengan patahan Palu-Koro, yang mendapat energi dari perpanjangan patahan Sorong dan Tukang Besi di Laut Banda. Kedua patahan ini bersifat sinistral dan aktif, berhubungan dengan pembentukan danau Matano, Towuti dan beberapa depresi kecil lainnya.
4.      Patahan Kolaka
Dampak dari pada perkembangan tektonik Kuarter Laut Banda membentuk patahan geser Kolaka yang bersifat sinistral dan aktif. Patahan ini memanjang dari tenggara ke baratlaut melalui Kolaka hingga Teluk Bone memotong patahan Palu-koro (bawah laut) berlanjut ke kota Palopo ke arah puncak Palopo-Toraja.
5.      Patahan Paternoster
Patahan ini terbentang memanjang dari tenggara ke baratlaut di Selat Makassar bersifat destral (menganan) dan aktif. Patahan ini berhubungan dengan patahan Walanae di daratan Sulawesi. Pada bagian selatannya sejajar dengan patahan Flores Barat yang memotong patahan naik Selat Makassar yang juga sifatnya destral.
6.      Patahan Gorontalo
Patahan Gorontalo terbentang melalui kota Gorontalo dari tenggara ke baratlaut. Pembentukannya berhubungan dengan keaktifan subduksi lempeng Laut Sulawesi. Sifatnya destral dan aktif.
7.      Patahan naik (thrust) Batui-Balantak
Patahan Batui-Balantak terbentuk oleh pengaruh pergerakan lempeng Pasifik Barat ke barat melalui patahan Sorong dan Matano membentuk patahan naik yang aktif.
8.      Subduksi lempeng Laut Sulawesi
Terletak di laut Sulawesi sebelah utara Pulau Sulawesi memanjang dari barat ke timur. Subduksi lempeng ini menunjam masuk ke selatan di bawah Sulawesi Utara dan Gorontalo. Subduksi lempeng laut Sulawesi yang aktif diduga membentuk gunungapi Una-una dan deretan gunungapi Manado-Sangihe.
9.      Subduksi lempeng Laut Maluku
Zona subduksi lempeng Laut Maluku terbentang di utara Sulawesi dari utara ke selatan di sebelah timur Manado. Lempeng Laut Maluku menunjam ke barat masuk di bawah busur Manado-Sangihe, berhubungan dengan volkanisme dan gempa di kawasan ini.


Referensi
1.      Angga Juner. (2011, 29 Oktober). Tektonik Pulau Sulawesi. Diperoleh 20 Oktober 2015 dari http://angghajuner.blogspot.co.id/2011/10/tektonik-pulau-sulawesi.html
2.      Armstrong F. Sompotan. 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Perpustakan Sains Kebumian Institut Teknologi Bandung. https://www.academia.edu/8630547/Struktur_Geologi_sulawesi_oleh. Diperoleh 20 Oktober 2015



TEKTONIK PULAU PAPUA

Tugas Geologi Indonesia
                
PETA TEKTONIK PULAU
PAPUA


Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015


PETA TEKTONIK PAPUA
 





Zona – zona tektonik papua
ANTIKLIN
                 
Peta Tektonik Papua
Tektonik Papua saat ini dipengaruhi oleh pergerakan 2 lempeng besar, yaitu lempeng Pasifik kearah barat dan lempeng Indo-Australia yang ke arah utara dengan jalur subduksi terdapat di perairan utara Papua sampai perairan utara Biak dan perairan barat Fakfak sampai perairan selatan Kaimana.
Dari peta tektonik Papua, terlihat bahwa konvergensi busur Melanesia dan lempeng Indo-Australia menghasilkan banyak sesar lokal, jalur sesar pegunungan tengah yang memanjang dari barat ke timur di bagian tengah pulau Papua, cekungan utara Papua dan pengangkatan di pesisir utara Papua dan di pegunungan Jayawijaya (2mm/tahun).
Sedangkan batas lempeng tektonik di utara Papua membentuk sesar geser yang terjadi di bagian utara yaitu Sesar Sorong-Yapen. Sesar ini merupakan sesar geser mengiri, sebelah utara relatif bergeser ke barat dan bagian selatan relatif bergerak ke timur. Sudut lereng di sebelah utara lebih curam dibandingkan sebelah selatan. Lereng curam ini berpotensi longsor dan dapat membangkitkan tsunami ketika ada getaran gempa. Gempa yang sering terjadi dengan kedalaman dangkal, di sekitar sesar dan di sekitar leher burung.
Sesar Sorong

Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi dan selama 40 juta tahun telah melepaskan potongan daratan yang luas dari Papua sebelah utara dan pulau-pulau yang terbentuk karena adanya sesar ini bergeser ke arah barat melintasi lautan ke arah Sulawesi.
Sesar Sorong ini muncul 20 juta tahun yang lalu dan masih aktif berkembang sampai sekarang. Terlihat dari gambar diatas bahwa sesar ini bukan sesar tunggal melainkan 2 sesar yang bergabung di daerah sorong dan kemudian terpisah bercabang di wilayah kepala burung.
Selain Sesar Sorong masih banyak terdapat sesar aktif lain yang berpotensi menimbulkan gempa merusak di pulau Papua, seperti Sesar Koor yang membentang dari Raja Ampat sampai Sorong, Sesar Ransiki yang berawal dari Manokwari sampai Ransiki, sesar Wandamen di sepanjang Teluk Wondama, Sesar Yapen yang membentang dari barat laut Serui sampai Waropen, Sesar Anjak Argun dan Lipatan Lengguru yang membentang dari timur laut sampai tenggara Fak-fak.
Di bagian leher burung terdapat Sesar Tarera Aiduna dan Sesar Weyland yang membentang dari barat daya sampai selatan kota Nabire, Sesar Waipona yang membentang dari timur laut sampai tenggara Nabire, dan Sesar Direwo yang membentang di utara Enarotali.
Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan wilayah ini rawan akan gempa tektonik, terutama gempa dangkal yang sering merusak dan menimbulkan tsunami.

Refernsi
1.      Anonym. Tektonik Geologi Papua. Diperoleh 22 Oktober 2015 dari (https://demimaki.wordpress.com/biokisah/tektonik-geologi-papua/




TEKTONIK PULAU MALUKU

Tugas Geologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU
MALUKU


Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015


1.     Maluku Utara       
Kawasan Maluku Utara adalah kawasan yang didominasi oleh perairan, dengan perbandingan luas daratan dan laut adalah 1 : 3. Kawasan ini terdiri atas 353 pulau dengan luas kira-kira 32.000 km², yang tersebar di atas perairan seluas 107.381 km². Gugusan kepulauan di kawasan Maluku Utara terbentuk oleh relief-relief yang besar, Palung-palung samudra, dan Punggung Pegunungan yang sangat mencolok saling bersambung silih berganti. Secara umum struktur fisiografi kawasan Maluku Utara terbentuk dari zona pertemuan dua sistem bentang alam. Kedua sistem bentang alam tersebut antara lain adalah Sistem Bentang Alam Sangihe dan Sistem Bentang Alam Ternate, dengan batasnya adalah Cekungan Celebes di barat dan Cekungan Halmahera di timur. 
Zona benturan Laut Maluku merupakan bagian yang paling rumit di kawasan  ini. Lempeng  Laut  Maluku,  yaitu  sebuah  lempeng  benua  kecil mengalami tumbukan ke Palung Sangihe di bawah Busur Sangihe di barat dan ke arah timur di bawah Halmahera, sedangkan di sebelah selatannya terikat oleh Patahan Sorong.
Busur dalam Halmahera yang bersifat vulkanis berkembang di sepanjang pantai barat Halmahera dan menghasilkan pulau-pulau lautan yang bersifat vulkanis, antara lain adalah : Ternate, Tidore, Makian dan Moti. Mare terbentuk dari material vulkanis yang terangkat, sedangkan Kayoa berasal dari terumbu karang yang terangkat. Mayu dan Tifore yang terletak di sepanjang gigir tengah Laut Maluku yang meninggi merupakan keping Melange aktif .
Pulau Halmahera dan pulau-pulau disekitarnya yang ada di Indonesia bagian Timur termasuk ke dalam sistem pertemuan 3 (tiga) lempeng yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Samudera Philipina (Hamilton, 1979). Bagian Utara Halmahera merupakan lempeng Samudera Philipina yang menunjam di bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang merupakan suatu konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian barat Pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double ArcSystem dibuktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan barat dan nonvulkanik di lengan timur. 
Di selatan Halmahera pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat bersamaan dengan Indo-Australia struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan, Timur Laut - Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara.


Tektonik Indonesia Timur (Hamilton,2000)
Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik umumnya berarah Utara-Selatan dan Barat Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-oligosen Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunung api. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada jaman Eosen- Oligosen. Tektonik terakhir terjadi pada jaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batu gamping.
2.     Sistem Ternate
a.       palung belakang (bagian dari halmahera)
b.      busur dalam vulkanis (zona ternate)
c.       palung antara (palung-palung morotai-ternate-batjan)
d.      busur luar non vulkanis (punggungan snellius-maju-obi)
3.     Maluku Selatan/ Busur Banda
Bagian tengah dari basin banda dibatasi oleh dua busur yang sejajar
a.       busur dalam (adanya vulkanisme aktif)
b.      busur luar (bebas dari vulkanisme)
4.     Basin Banda Tengah
Diantara damar dan buru dan juga diantara api dan bada
5.     Basin Banda
a.       Terdiri dari bagian utara dan selatan
b.      Utara (terletak diantara sulawesi dan buru)
c.       Selatan (terletak antara batutara dibagian barat dan manuk sebelah timur)
6.     Busur banda


    



Laut Maluku merupakan zona tumbukan busur dengan busur, yang terletak di daerah pertemuan antara lempeng – lempeng Eurasia, Pasifik dan Filipina (Gambar 1). Disebelah timur dijumpai busur gunung api aktif  Halmahera, dan disebelah barat di jumpai busur gunung api aktif  Sangihe. Data gempa bumi menunjukkan adanya zona Benioff yang menunjam kearah timur dan yang menunjam kearah barat, atau kearah menjauh dari Laut Maluku. Kedua busur magmatik didaerah ini di pisahkan oleh jarak terdekat 250k m, dimarta dimasing – masing sisi busur dijumpai palung sampai 3 k m dalamnya. Di antara palung - palung tersebut di jumpai morfologi tinggi, yaitu punggungan Mayu - Talaud yang dibeberapa tempat muncul kepermukaan sebagai pulau, yaitu Pulau Mayu, Pulau Talaud dan Pulau Tifore. Gempa – gempa dangkal terkonsentrasikan dibawah puncak punggungan tersebut, dan berdasarkan analisis mekanisme fokal menunjukkan tipe sesar naik (Fitch, 1970) .

      a.            Struktur Zona Tumbukan
Zona tumbukan Laut Maluku memiliki kesetangkupan struktur yang menonjol. Punggungan Mayu – Talaud adalah bagian dari punggungan besar yang terdeformasi dan terdiri atas batuan sedimen klastik. Punggungan tersebut di bagian sisi timur maupun baratnya dibatasi oleh palung yang juga ditandai oleh adanya kontak sesar naik terhadap bagian depan kedua busur. Singkapan punggungan tersebut dijumpai di Pulau Mayu, Pulau Talaud dan Pulau Tifore, berupa batuan sedimen Tersier yang terdeformasi, serta bancuh yang mengandung bongkab – bongkah aneka ragam batuan, seperti peridotit, serpentinit, gabro, serta batuan gunung api dan sedimen Tersier dalam matriks yang tergeruskan.
      b.            Perkembangan Zona Tumbukan
Silver & Moore (1981) menjelaskan bahwa perkembangan struktur zona tumbukan di Laut Maluku adalah sebagaimana tersaji pada Gambar 3. Diasumsikan bahwa masing - masing system busur sebelum terjadi tumbukan terdiri atas busur gunung api aktif, kompleks tunjaman, serta cekungan busur muka. Diduga tunjaman kebarat dibaw ah Kepulauan Sangihe aktif lebih lama dibanding tunjaman kearah timur dibawah Halmahera. Hal ini didasarkan bahwa zona Benioff diSangihe lebih dalam dibanding yang di bawah Halmahera, meskipun ini juga dapat mencerminkan bahwa laju penunjaman dibawah Sangihe lebih cepat. Prosesa krasi kedua kompleks tunjaman ditafsirkan berhenti ketika keduanya mulai bertumbukan. Selanjutnya, proses konvergen sitersebut mengakibatkan zona tumbukan terangkat dan te rjadi penebalan di zona ini, disertai pelipatan dan pensesar - naikan.
          




Referensi
1.      Jay Patton . (2014, 15 November). Earthquake along the Halmahera Arc. Diperoleh 23 Oktober 2015, dari earthjay.com/?p=2040
2.      B. Hermanto. 2014. PERKEMBANGAN KERANGKA TEKTONIK LAUT MALUKU, KEPULAUAN BANGGAI-SULA DAN LAJUR OFIOLIT SULAWESI TIMUR. Pusat survey Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122. Vol.15. repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/382/--bhermanto-19096-1-2_perkem-a.pdf. Diperoleh 23 Oktober 2015